MAKALAH
Kosep Pendidikan Menurut Al-Ghazali
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : M Rikza Chamami, M.Si

Disusun Oleh :

Siti Khoirun Nisa  1903036044
Seli Ainur Rohmah 1903036066


PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019





KATA PENGANTAR

 Alhamdulillah segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kami dapat menyelesikan tugas makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali”
Tidak mudah tentunya bagi kami menyelesaikan makalah Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali. Dengan segala keterbatasan dan prasarana yang seadanya, kami tetap berusaha agar pembuatan makalah ini menjadi sempurna walaupun sebenarnya jauh dari kata kesempurnaan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami selaku penulis makalah ini sangat mengharapkan kritik, konstruktif, dan saran yang sifatnya membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Khususnya bagi para pembaca dan umumnya bagi para teman-teman.







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR…………………………………......................……………………………i

DAFTAR ISI….…………………………………………......................…………………………ii
BAB I : PENDAHULUAN……...……………………….......................…………………………1
Latar Belakang……………………..……………………...................……………1
Rumusan Masalah………………….……...................……………………………1
Tujuan Masalah……….………………...................………………………………1
BAB II : PEMBAHASAN……..…………………………………......................………………...2
Riwayat Hidup Al-Ghazali…………..……………………………..................…..2
Pengertian Pendidikan………………...………………..................………………2
Konsep Pendidikan Al-Ghazali……..…………………...................……………...4
Tujuan Pendidikan……………..…………….....................………………4
Guru atau Pendidik…………………..……….................………………...6
Murid.…………………………………………..................……………….7
Kurikulum…………..………………………….................……………….7
BAB III : PENUTUP………...……………………………………………………........................8
Kesimpulan…...………………………………………………….....................…..8
Saran……………………………………...………………..................…..….........8
DAFTAR PUSTAKA……..……………………………………………................................……9






BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemunculan Islam tentu membawa kearah perubahan, juga tak lepas dari peran para tokoh Islam. Namun, bersamaan dengan perputaran dunia,  modernisasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dari hari ke hari yang semakin berkembang, malah akhir-akhir ini banyak membuat generasi muda tidak mengenal para tokoh Islam yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dunia pendidikan tersebut. Salah satunya Al-Ghazali. Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh Muslim yang pemikirannya sangat luas dan mendalam, dalam berbagai hal diantaranya dalam masalah pendidikan. Pada hakikatnya usaha pendidikan menurut Al-Ghazali adalah dengan mengutamakan beberapa hal yang diwujudkan secara utuh dan terpadu karena konsep pendidikan yang dikembangkan berawal dari kandungan ajaran dan tradisi Islam yang menjunjung berprinsip pendidikan manusia seutuhnya. Di zaman yang modern ini sangat relevan untuk mengetahui konsep pendidikan dari tokoh Muslim terkemuka ini.


B.Rumusan Masalah

1. Siapa sesungguhnya Al-Ghazali?
2. Apa arti pendidikan menurut Al-Ghazali?
3. Bagaimana konsep pendidikan menurut Al-Ghazali?

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui dengan lengkap riwayat hidup Al-Ghazali.
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali.
3. Untuk mengetahui pemikiran konsep pendidikan menurut Al-Ghazali.





BAB II
PEMBAHASAN

A.Riwayat Hidup Al-Ghazali
    Al-Ghazali bernama asli Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Thusi al-Syafi'i Al-Ghazali, lahir di Thus pada tahun 450 H atau 1058 M, ayahnya pembuat tenun wol (itu sebabnyanya ia diberi nama “ghazzal”). Pada mulanya, Al-Ghazali belajar di Thus, di Thus ia belajar Al-Qur’an, Al-Hadits, mendengarkan kisah tentang para ahli hikmah, ilmu fikih dan bahasa Arab pada Ahmad Ibnu Muhammad Al-Imam Abu Nashir Al-Razakani, dan Imam Abu Nashr Al-Isma’ili di Jurjan. Pada usia 20 tahun, untuk memperoleh pendidikan selanjutnya Al-Ghazali berangkat ke Naisyapur (1077). Disini selain melanjutkan belajar ilmu fikih, oleh Al-Juwaini (1028-1085), ia juga dikenalkan pada ilmu kalam dan filsafat, termasuk logika dan filsafat alam. Karena Al-Juwaini adalah seorang teologi (mutakallim), bukan filsuf, maka dia menanamkan pengetahuan tentang filsafat melalui disiplin kalam. Sehingga membuat Al-Ghazali tidak puas dengan apa yang dipelajarinya. Dan setelah Al-Juwaini meninggal dunia (1085), Al-Ghazali pergi ke Baghdad, tepatnya di Madrasah Nizamiyah Al-Mulk, perguruan tinggi di Sunni ini, menempati posisi gurunya, Al-Juwaini.

B.Pengertian Pendidikan

Ahmad Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai “suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani dan ruhani murid menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Dari pengertian ini terdapat beberapa unsur yaitu: usaha, guru, murid, dasar, dan tujuan. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang digunakan.
Al-Ghazali mengklarifikasikan ruhani manusia dengan tiga dimensi, yaitu:
Dimensi diri. Pendidikan diarahkan agar manusia dapat melakukan kewajibannya kepada Tuhannya, seperti ibadah.
Dimensi sosial. Pendidikan diarahkan agar manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi pada masyarakat, pemerintah, dan pergaulan sesamanya.
Dimensi metafisik. Pendidikan diarahkan agar manusia dapat memegangi kaidah dan pedoman dasarnya dengan kuat.
Unsur-unsur pembentuk pengertian pendidikan menurut Al-Ghazali dapat dilihat dalam pernyatannya berikut ini:
“Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi…”
“… Dan ini, sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu yang beku yang tidak berkembang”
Jika kita perhatikan, pada kutipan yang pertama, kata “hasil” menunjukkan proses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu” menunjukkan alat. Sedangkan pada kutipan kedua merupakan penjelasan mengenai alat. Yakni disampaikannya dalam bentuk pengajaran.
Penjelasan Al-Ghazali tentang proses pendidikan, kapan dimulai dan kapan saat berakhirnya, dapat dibaca dalam bab tentang “Adab Pergaulan Suami Istri”. Dalam adab yang kesepuluh dari bab tersebut Al-Ghazali menerangkantentang cara-cara bersetubuh yang benar menurut sunah rasul. Antara lain disebutkan, agar membaca basmalah, surat Ikhlas, takbir, tahmid, dan doa-doa lainnya. Inilah batas awal berlangsungnya proses pendidikan menurut Al-Ghazali, yakni sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia.
Dari uraian diatas dapatlah dirumuskan pendidikan menurut Al-Ghazali yaitu: “Proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna”.


C.Konsep Pendidikan Al-Ghazali

Konsep pendidikan Al-Ghazali dapat dipahami dengan cara berfikir berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan, yaitu: tujuan, etika guru, etika murid, dan kurikulum.
1.Tujuan Pendidikan
Jika pendidikan dapat dipandang sebagai aplikasi pemikiran filasafi dan seorang filosuf bergerak selaras dengan jalan dan dasar pemikirannya, sistem pendidikan Al-Ghazali pun sejalan dengan dasar pemikiran filsafinya yang mengarah kepada tujuan yang jelas. Dengan demikian, sistem pendidikan haruslah mempunyai filsafat yang mengarahkan kepada tujuan tertentu. Sebab, sebagaimana dikatakan oleh Jhon Dowey, seorang filosuf Amerika, filsafat ialah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. 
Menurut Al-Ghazali pendidikan dalam prosesya haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu bahagia dunia dan akhirat.
     Al-Ghazali berkata:
“Hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul dengan alam arwah, itu semua adalah kebasaran, pengaruh, pemerintah bagi raja-raja dan penghormatan secara naluri”
Menurut Al-Ghazali, pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan    pendidikan. Orang dapat mendektkan diri kepada Allah hanya setelah memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak akan dapat diperoleh manusia kecuali melalui pengajaran.
Selanjutnya, dari kata-kata tersebut dapat dipahami bahwa menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi dua yaitu: tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
1.   Tujuan Jangka Panjang
    Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengrahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan diri kepada Tuhan Pencinta alam.
2.  Tujuan Jangka Pendek
     Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan  kemampuannya. Syarat untuk mencapai tujuan itu, manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, baik yang temasuk fardhu’ain maupun fadhu kifayat.
2.Guru atau Pendidik
Sejalan dengan pentingnya pendidikan mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di atas, Al-Ghazali juga menjelaskan tentang ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan yaitu:
Guru harus mencitai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri.
Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah merupakan tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkan.
Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuan dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggan diri melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Guru harus mengamalkan yang diajarkannya, karena ia menjadi idola di mata anak muridnya.
Jika ciri-ciri di atas dilihat dari perspektif guru sebagai profesi nampak diarahkan pada aspek moral dan kepribadian guru, sedangkan aspek keahlian, profesi dan penguasan terhadap materi yang diajarkan dan metode yang harus dikuasainya nampak kurang diperhatikan. Hal ini dapat dimengerti, karena paradigma (cara pandang) yang digunakan untuk menentukan guru tersebut adalah paradigm tasawuf yang menempatkan guru sebagai figure sentral, idola, bahkan mempunyai kekuatan spiritual, dimana sang murid sangat bergantung kepadanya. Dengan posisi seperti ini nampak guru memegang peran penting dalam pendidikan. Posisi guru dalam pendidikan modern saat ini bukan merupakan satu-satunya agen ilmu pengetahuan da informasi, karena ilmu pengetahuan dan informasi bukan hanya dikuasai oleh guru, melainkan dikuasai juga oleh peralatan teknologi penyimpan data dan sebagainya. 
Guru yang ideal di masa sekarang adalah guru yang memiliki persyaratan kepribadian sebagaimana dikemukakan Al-Ghazali dan persyaratan akademis dan professional.
3. Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan mendekatkatkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut:
Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur. Al-Gazali menyatakan bahwa menuntut ilmu merupakan perjuanga yang berat yang menuntut kesungguhan yang tinggi, dan bimbingan dari guru.
Merasa satu bangunan dengan murid lainnya sehingga merupakan satu bangunan yang saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang.
Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan pikiran.
Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bemanfaat saja, melainkan mempelajari berbagai ilmu dan berupaya sungguh-sungguh sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut.
Ciri-ciri tersebut untuk masa sekarang tentu masih perlu ditambah dengan ciri-ciri yang lebih membawa kepada kreatifitas dan kegairahan dalam belajar.
4. Kurikulum
Secara tradisional kurikulum berarti mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Kurikulum tersebut disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pandangan Al-Ghazali memandang kurikulum mengenai ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari anak didik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
Ilmu yang tercela.
Banyak atau sedikit, ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia maupun di akhirat.
Ilmu yang terpuji.
Banyak atau sedikit. Misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa seseorang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu.
Ilmu yang tidak boleh didalami, karena ilmu ini akan membawa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan Tuhan), misalnya ilmu filsafat.
Dari ketiga kelompok tersebut, Al-Ghazali membagi lagi ilmu tersebut menjadi dua kelompok ilmu yang dilihat dari segi kepentingannya, yaitu:
Ilmu yang wajib (fardlu) untuk diketahui oleh semua orang, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber pada kitab Allah.
Ilmu yang hukum dipelajarinya fardlu kifayah, yaitu ilmu yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian dan industry.
Yang menjadi titik perhatian Al-Ghazali dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah ilmu pengetahuan yang digali dari kandungan Al-Qur’an, karena ilmu ini akan bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat.
Sebaliknya ilmu bahasabdan gramatika hanya berguna untuk mempelajari ilmu agama, atau berguna dalam keadaan darurat saja. Sedangkan ilmu kedokteran, matematika, dan teknologi hanya bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia.
Sejalan dengan itu Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah. Ilmu pengetahuan tersebut adalah:
Ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti fiqh, hadits, dan tafsir.
Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta lafadz-lafadznya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
Ilmu-ilmu yang fardlu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi yang beraneka ragam jenisnya, termasuk juga ilmu politik.
Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.
Jika diamati secara seksama, nampak Al-Ghazali menggunakan dua pendekatan dalam membagi ilmu pengetahuan. Pertama, pendekatan fiqih yang melahirkan pembagian ilmu pada yang wajib dan fardlu kifayah. Kedua, pendekatan tasawuf (akhlak) yang melahirkan pembagian ilmu pada yang terpuji dan tercela. Hal ini akan semakin jelas jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan tersebut, yaitu pendekatan diri kepada Allah.











BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Ghazali atau Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali merupakan tokoh pendidikan Islam yang sudah tak diragukan lagi kemampuannya dalam bidang kependidikan Islam. Menurutnya, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sampai akhir hayatnya menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna. Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah membentuk manusia yang shalih.
Menurut Al-Ghazali, konsep pendidikan terdapat dua kategori, yaitu pendidik dan murid. Sedangkan dalam menyusun kurikulum pelajaran, Al-Ghazali memberi perhatian khusus pada ilmu agama, serta didasarkan pada pandangan tasawuf dan fiqih. Hal ini tidak mengherankan karena dalam kedua bidang ilmu tersebut itulah Al-Ghazali memperlihatkan kecendrungannya yang besar. Konsep pendidikan yang dikemukakannya nampak selain sistematik dan komprehensif juga secara konsisten sejalan dengan sikap dan kepribadiannya sebagai seorang sufi.
Konsep pendidikan Al-Ghazali tersebut jika diaplikasikan di masa sekarang nampak sebagaiannya masih ada yang sesuai dan sebagian lainnya ada yang perlu disempurnakan. Itulah watak hasil pemikiran manusia yang selalu menuntut penyempurnaan.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, mungkin dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka, kritik, dan saran sangat kami harapkan untuk membuat pelajaran di pembuatan makalah selanjutnya. 








DAFTAR PUSTAKA

Ibnu, Abidin, Rusn. 1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta:    Pustaka  Pelajar
Nata, Abudin, H. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Junaedi, Mahfud, Dr. 2019. Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Prenadamedia Group
https://www.google.com/amp/s/muh12royanfatih.wordpress.com/2017/02/27/konsep-pendidikan-menurut-al-ghazali/amp/









BIODATA


Nama : Seli Ainur Rohmah
TTL : Batam, 14 Juli 2001
Alamat : Linggang Bigung Kab. Kutai Barat Kal-Tim
Riwayat Pendidikan
      -SDN 001 Linggang Bigung
  -SMPN 1 Linggang Bigung
  -MA Hasyim Asy`ari Bangsri
  -UIN Walisongo Semarang
E-mail : seliainur@gmail.com 



2. Nama : Siti Khirun Nisa

TTL : Brebes, 02 Juni 2001
Alamat : Keboledan Wanasari Brebes
Riwayat Pendidikan : -SDN 01 Keboledan
-MTs Darul Aziz Sirampog
-SMK Ma`arif 02 Sirmpog
-UIN Walisongo Semarang
 E-mail : sitikhoirunnisa@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Makna Butir-butir Pancasila

Sistem Informasi Manajemen